Sunday, November 18, 2012

CONTOH JURNAL


ANALISIS KINERJA BERBASIS ECONOMIC VALUE ADDED DAN FINANCIAL VALUE ADDED PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO)

Shelfia Rahayu Wijaya
Fakultas Ekonomi Universitas Jember

Abstract: The company’s performance measure based on a management performance. Economic Value Added and Financial Value added measures the amount of value added created by specific action or strategy taken in a company. The objective of the research : (1) analyzed financial performance PT Perkebunan Nusantara XII period 2009 until 2011 based on Economic Value Added and (2) analyzed financial performance PT Perkebunan Nusantara XII period 2009 until 2011 based on Financial Value Added. The result of the research that financial performance PTPN XII period 2009 until 2010 company was created the amount of value added. And period 2011 the amount of value added is negative.
Keywords : Economic Value Added, Financial Value Added
Abstrak: Kinerja sebuah perusahaan dapat diukur berdasarkan prestasi manajemen suatu perusahaan. EVA dan FVA dapat mengukur besar kecilnya nilai tambah yang diciptakan perusahaan selama periode tertentu. Tujuan penelitian ini: (1) menganalisis kinerja keuangan PT Perkebunan Nusantara XII periode tahun 2009 sampai tahun 2011 berdasarkan EVA dan (2) menganalisis kinerja keuangan PT Perkebunan Nusantara XII periode tahun 2009 sampai tahun 2011 berdasarkan FVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan PTPN XII pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah. Dan tahun 2011 perusahaan belum mampu menciptakan nilai EVA dan FVA yang positif.
Kata Kunci : Economic Value Added, Financial Value Added
1.      Pendahuluan
BUMN adalah badan usaha yang sebagian atau seluruh kepemilikannya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. PT Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII) merupakan Badan Usaha Milik Negara dengan status perseroan terbatas yang keseluruhan sahamnya dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia. Setiap perusahaan milik negara maupun milik swasta pasti mempunyai tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value added dari modal yang telah ditanamkan dalam operasi perusahaannya dan menghasilkan laba bagi perusahaan. Setiap perusahaan yang ingin mengetahui nilai tambah perusahaannya dapat dianalisis menggunakan EVA (Economic Value Added) maupun FVA (Financial Value Added)  melalui pengukuran kinerja keuangan perusahaan.
Menurut Pitriani (2010 : 55) EVA merupakan tujuan perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta bila perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal. FVA merupakan metode baru dalam mengukur kinerja dan nilai tambah perusahaan. FVA adalah selisih antara laba operasi setelah pajak (NOPAT) dengan equivalent depreciation (ED) yang telah dikurangi dengan penyusutan atau depreciation sedangkan EVA yaitu pengukuran value added yang mengukur nilai tambah dari modal yang ditambahkan.
Berdasarkan hal di atas, ada beberapa kekurangan dan kelebihan EVA dan FVA. Menurut Iramani (2005) dalam Tri (2011), kelebihan yang dimiliki EVA dalam mengukur kinerja perusahaan antara lain :
1.      EVA menfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi.
2.      Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan para penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.
3.      Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industry atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian.
4.      Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus pada karyawan terutama divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders satisfaction concept.
5.      Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis.
EVA juga memiliki kekurangan dalam pengukuran kinerja keuangan. Menurut Tri (2011) dalam Iramani (2005), kekurangan-kekurangannya adalah sebagai berikut :
1.      EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentu.
2.      EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk emnjual atau membeli saham tertentu padahal factor-faktor lain terkadang lebih dominan.
3.      Konsep ini sangat tergantung pada transparansi internal dalam perhitungan Economic Value Added secara akurat.

      Menurut Pitriani (2010:65), ada beberapa keunggulan dalam FVA yaitu :
1.      Jika dititik ulang konsep NOPAT, FVA melalui definisi equivalent depreciation mengintegrasikan seluruh kontribusi aset bagi kinerja perusahan demikian juga opportunity cost dari pembiayaan perusahaan. Kontribusi ini konstan sepanjang umur proyek investasi.
2.      FVA secara jelas mengakomodasikan kontribusi konsep value growth duration (durasi proses penciptaan nilai) sebagai unsur penambah nilai. Unsur ini merupakan hasil pengurangan nilai equivalent depreciation akibat bertambahnya panjangnya umur aset dimana aset bisa terus berkontribusi bagi kinerja perusahaan.
3.      FVA mengedepankan konsep equivalent depreciation  dan accumulated equivalent tampaknya lebih akurat menggambarkan financing cost. Selanjutnya, FVA juga mampu mengharmoniskan hasilnya dengan konsep NPV tahun pertahun, dimana NPV setidaknya saat ini dianggap sukses mengukur proses penciptaan nilai.
4.      FVA mampu memberikan solusi terhadap mekanisme kontrol dalam periode tahunan yang selama ini merupakan kendala bagi konsep NPV,EVA dan FVA sama-sama mampu menyelaraskan outputnya dengan hasil NPV dalam bentuk periode yang terdiskonto, namun FVA member output lebih maju dengan berhasil melakukan harmonisasi hasil dengan NPV dalam ukuran tahunan.
Beberapa kelebihan diatas, menjadikan  FVA ini sebagai tolok ukur yang lebih bermanfaat, FVA menjadikan kinerja keuangan perusahaan meningkat dengan peningkatan dalam kinerja keuangan. FVA ini sebagai tolok ukur kinerja keuangan, FVA ini juga mempunyai kelemahan dalam Pitriani (2010 : 66) yaitu dibandingkan dengan EVA, FVA kurang praktis dalam mengantisipasi fenomena bila perusahaan (proyek) menjalankan investasi baru di tengah-tengah masa investasi yang diperhitunkan dengan EVA akan merefleksikan situasi ini melalui peningkatan asset dan sumber daya yang terlibat dalam perusahaan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja PT Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) berbasis EVA dan FVA periode tahun 2009 sampai tahun 2011.

2.      Landasan Teori
2.1 Laporan Keuangan
            Laporan keuangan (Sawir 2010:13) adalah sebuah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan untuk para pemegang sahamnya. Laporan keuangan menurut Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia (Ikatan Akuntan Indonesia) dalam Munawir (1995:5) adalah neraca dan perhitungan laba rugi serta keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya antara lain laporan sumber dari penggunaan dana-dana. Menurut sunjadja dan Barlian (2003:76) laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data atau aktivitas tersebut.
2.2 Kinerja Keuangan
            Menurut Pitriani (2010:107) kinerja keuangan merupakan hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Pengukuran kinerja keuangan dapat dikelompokan dalam tiga kategori (Helfert,2000 ) dalam Tri (2011) yaitu :
a.       Earnings Measures, yang mendasarkan kinerja pada accounting profit. Termasuk dalam kategori ini adalah Earning per share (EPS), Return On Investment (ROI), Return On Assest (ROA), Return On Capital Emplyed (ROCE) dan Return On Equity (ROE).
b.      Cash Flow Measures, yang mendasarkan kinerja pada arus kas operasi (Operating Cash Flow). Termasuk dalam kategori ini adalah  free cash flow, cash flow return on gross investment (ROGI), Cash Flow Return On Investment (CFROI), Total Shareholder Return (TSR) dan  Total Business Return (TBR).
c.       Value Measures, yang mendasarkan kinerja pada nilai (Value Added Management). Termasuk dalam kategori ini adalah Economic Value Added (EVA), Market Value Addee (MVA), Cash Value Added (CVA) dan Shareholder Value (SHV).

2.3 EVA dan FVA
Menurut Tunggal (2001) EVA adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta bila perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal. Beberapa interpretasi hasil perhitungan EVA adalah :
1.      EVA > 0 (positif)
Hal ini menandakan bahwa NOPAT yang dihasilkan melebihi biaya modal. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan nilai (Value Creation) bagi pemilik modal.
2.      EVA < 0
Hal ini menandakan bahwa NOPAT yang dihasilkan dibawah biaya modal atau kurang dari biaya modal. Keadaan ini menandakan bahwa nilai perusahaan berkurang sebagai akibat dari NOPAT yang dihasilkan lebih rendah daripada tingkat pengembalian yang dituntut oleh investor.
3.      EVA = 0
Hal ini menandakan bahwa NOPAT yang dihasilkan sama dengan biaya modal. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi impas karena seluruh laba digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana.
Menurut Pitriani (2010:55) FVA adalah metode baru dalam mengukur kinerja dan nilai tambah perusahan. Menurut Iramani (2005:7), FVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan nilai tambah perusahaan. Beberapa interpretasi hasil dari FVA adalah sebagai berikut :
a.       FVA > 0 (positif)
Hal ini menandakan bahwa NOPAT yang dihasilkan lebih besar dari hasil perolehan ED dikurangin dengan depresiasi. Keadaan ini menandakan bahwa manajemen perusahaan dapat menciptakan nilai tambah bagi perusahaannya.
b.      FVA < 0
Hal ini menandakan bahwa NOPAT yang dihasilkan dibawah hasil dari pengurangan antara ED dan depresiasi. Keadaan ini menandakan bahwa nilai perusahaan berkurang dan tidak terdapat nilai tambah dalam perusahaan.
c.       FVA = 0
Hal ini menandakan bahwa NOPAT yang dihasilkan sama dengan hasil dari pengurangan antara ED dan depresiasi. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi impas.

3.      Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif . Populasi pada penelitian ini adalah laporan keuangan PTPN XII tahun 2009-2011. Penelitian ini tidak menggunakan pendekatan sampel karena data dapat diperoleh tanpa menemui kesulitan. Variabel dalam penelitian ini ada 2 yaitu EVA dan FVA. Dimana EVA adalah pengukuran nilai tambah dalam suatu perusahaan yang dilihat dari segi ekonomi yang berdasarkan pada operasi perusahaan. FVA adalah pengukuran nilai tambah dalam suatu perusahaan yang dilihat dari aspek keuangan/financial yang mendasari pada besar kecilnya biaya penyusutan yang terjadi di perusahaan. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio.

4.      Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.      Analisis EVA
EVA merupakan suatu pengukuran nilai tambah dalam suatu perusahaan yang dilihat dari segi ekonomi yang berdasarkan pada operasi perusahaan. Langkah pertama dalam menghitung EVA adalah menghitung NOPAT yaitu laba operasi setelah pajak yang merupakan penyesuaian dari laba setelah pajak yang diperoleh dari penjualan dikurangi biaya-biaya operasi serta pajak. Dimana NOPAT tertinggi pada tahun 2011 menunjukkan bahwa laba setelah adanya pengurangannya pajak diperoleh Rp 123.261.000.000,- Hal ini menunjukkan perusahaan memperoleh laba maksimum daripada tahun 2009 dan tahun 2011.
Langkah selanjutnya yaitu mencari nilai WACC yaitu biaya rata-rata tertimbang dari komponen hutang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan. WACC tahun 2009 sebesar 0,051 sama dengan 5,1% menunjukkan bahwa komponen hutang dalam struktur modal sebesar 5,1%, pada tahun 2010 WACC sebesar 12,86% dan tahun 2011 sebesar 10,96%. Langkah terakhir yaitu mencari nilai dari modal yang diinvestasikan. Modal yang diinvestasikan merupakan jumlah seluruh keuangan perusahaan yang mengambarkan besarnya hutang dan modal perusahaan. Pada tahun 2011 total modal yang diinvestasikan sebesar  Rp 1.058.264.134.777,- menunjukkan total modal yang diinvestasikan pada tahun ini lebih besar daripada tahun sebelumnya.
Kinerja keuangan merupakan tingkat presatasi atau hasil nyata yang dapat dicapai oleh perusahaan yang dipergunakan untuk diperoleh suatu hasil yang positif bagi perusahaan. Kinerja keuangan PT Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) menunjukkan hasil EVA pada tahun 2009-2011 sebagai berikut :
Tabel 1. Perhitungan EVA PTPN XII pada tahun 2009-2011
Komponen
2009
2010
2011
NOPAT
Rp 81.603.780.000
Rp 123.261.000.000
Rp 90.351.214.034
WACC
0,051
0,1286
0,1096
Modal yang diinvestasi-kan
Rp 692.836.000.000
Rp 856.556.000.000
Rp 1.058.264.134.777
Biaya modal
Rp 35.334.636.000
Rp 110.153.101.600
Rp 115.985.749.100
EVA
Rp 46.269.144.000
Rp 13.107.898.400
(-Rp 25.634.535.070)
Sumber : data di olah
Perhitungan EVA di atas memberikan gambaran bahwa perusahaan dapat menciptakan nilai perusahaan atau tidak. Pada tahun 2009 nilai EVA sebesar  Rp 46.269.144.000,- hal ini menunjukan nilai EVA positif. Dapat dinyatakan laba operasi setelah pajak yang dihasilkan melebihi biaya modal. Nilai NOPAT (laba operasi setelah pajak) sebesar Rp 81.603.780.000,- dikalikan dengan WACC (modal rata-rata tertimbang) sebesar 0,051 dimana WACC didapat dari struktur modal perusahaan jika diketahui hutang dan ekuitas perusahaan, tingkat modal dari hutang, serta tingkat modal dari ekuitas. Modal yang diinvestasikan merupakan jumlah seluruh keuangan perusahaan.
Pada tahun 2010 nilai EVA sebesar Rp 13.107.898.400,- menunjukkan bahwa EVA positif. Dapat dinyatakan dari hasil perhitungan EVA, pada tahun 2009-2010 PTPN XII mampu menciptakan nilai tambah. Hal ini memperlihatkan bahwa laba dari operasi perusahaan setelah adanya pengurangan pajak nilainya lebih besar dari tingkat pengembalian minimum yang diharapkan oleh pemilik perusahaan. Pengukuran kinerja berdasarkan value added ini dapat dijadikan pedoman bagi manajemen perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaannya. Pengukuran EVA ini tidak hanya untuk mengetahui dan menilai kinerja PTPN XII, tetapi juga dapat dipakai untuk membuat strategi dalam perusahaan untuk menciptakan nilai dan kekayaan perusahaan di masa yang akan datang. Bila perusahaan dapat menciptakan nilai tambah ekonomi maka laba perusahaan juga bertambah. Dengan adanya nilai tambah ekonomi, PTPN XII juga mampu menciptakan adanya perlindungan kepada para stakeholders untuk menghasilkan keberhasilan usahanya. Keuntungan lain dalam segi ekonomi bagi karyawan PTPN XII yaitu manajemen PTPN XII mampu meningkatkan produktivitas agar terjadi nilai tambah. Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan karyawan PTPN XII. Kesejahteraan materi berupa tunjangan, bonus, dan gaji. Kesejahteraan lainnya berupa tersedianya lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi setiap karyawan PTPN XII, adanya sarana yang memadai berupa tempat kerja yang nyaman, adanya tempat tinggal yang disediakan oleh perusahaan, dan adanya perlindungan jaminan hukum yang jelas.

b.      Analisis FVA
FVA adalah pengukuran nilai tambah dalam suatu perusahaan yang dilihat dari aspek keuangan/financial yang mendasari pada besar kecilnya biaya penyusutan yang terjadi di perusahaan. Langkah pertama menghitung FVA yaitu mencari nilai NOPAT, hal ini sama dengan langkah pertama dari EVA. Langkah kedua yaitu mencari nilai ED/Equivalent Depreciation dimana ED merupakan hasil perkalian antara WACC dan Total resources. Total resources merupakan hasil penjumlahan antara hutang jangka panjang dan total equity yang menjelaskan proporsi keuangan dalam perusahaan. TR juga merupakan sumber dana perusahaan yang efisien kemudian dijadikan faktor pembagi terhadap nilai income yang diterima Hasil ED terbesar pada tahun 2011 sebesar  Rp 115.985.749.700,- Langkah selanjutnya yaitu mencari biaya penyusutan perusahaan. Penyusutan (Depreciation) adalah penyusutan nilai aktiva tetap seperti mesin dan peralatan yang mencerminkan estimasi biaya dari peralatan modal yang digunakan dalam proses produksi. Depresiasi mengurangi pendapatan kena pajak, tetapi tidak mengurangi dana kas. Dimana pada tahun 2009 biaya penyusutan sebesar Rp 26.895.000.000,- ; tahun 2010 sebesar Rp 19.225.000.000,- dan tahun 2011 sebesar Rp 20.410.104.502,- 
Kinerja keuangan PT Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) menunjukkan hasil FVA pada tahun 2009-2011 sebagai berikut :
Perhitungan FVA PTPN XII pada tahun 2009-2011
Komponen
2009
2010
2011
NOPAT
Rp 81.603.780.000
Rp 123.261.000.000
Rp 90.351.214.034
ED
Rp 35.334.636.000
Rp 110.153.101.600
Rp 115.985.749.700
D
Rp 26.895.000.000
Rp 19.225.000.000
Rp 20.410.104.502
FVA
Rp 73.164.144.000
Rp 32.332.898.400
(-Rp 5.224.431.170)
Sumber : data di olah. 
Pada  tahun 2009 – 2010 nilai FVA positif. Meskipun hasil FVA terjadi penurunan pada tahun 2010 menjadi Rp 32.332.800.000,- dari tahun sebelumnya. Dan hasil FVA tahun 2011 yang negatif menyatakan bahwa perusahaan tidak mampu menciptakan nilai tambah. Hasil FVA negatif belum menentukan laba yang akan diterima juga negatif. Laba bersih pada tahun 2009 sebesar Rp 66.108.000.000,- dan tahun 2010 sebesar Rp 100.993.000.000,- serta tahun 2011 Rp 90.351.214.034,-  Hal ini menyatakan bahwa laba yang dihasilkan perusahaan tiap tahun terjadi kenaikan dari tahun 2009. Hasil  FVA ini dapat menjadi pertimbangan bagi PTPN XII untuk lebih memperhatikan biaya yang harus dibayar oleh PTPN XII yang cenderung nilai laba operasi perusahaan setelah adanya pengurangan pajak tidak dapat menutupi biaya perusahaan.
Dapat terlihat bahwa PTPN XII mampu menciptakan nilai tambah dari segi financial maka PTPN XII telah melakukan tiga keputusan dalam mengelola operasional perusahaannya. Dari segi operasional, perusahaan harus mampu meningkatkan pengembalian aset yang dimiliki maupun yang diingini oleh pemilik modal. Dari segi pendanaan, PTPN XII diharapkan dapat memperkecil tingkat biaya yang dibayarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan modal yang akan digunakan untuk investasi perusahaan. Dari segi investasi, PTPN XII dapat memutuskan investasi mana yang bermutu bagi perusahaan. Dengan memutuskan investasi yang lebih menguntungkan, perusahaan juga akan mendapat keuntungan dan hal ini menjadi faktor terciptanya nilai tambah keuangan dalam PTPN XII.

5.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dari itu dapat disimpulkan:
a.       Berdasarkan hasil perhitungan EVA, kinerja keuangan PTPN XII pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah ekonomi bagi pemiliknya. Akan tetapi nilai EVA dari tahun 2010 menurun dari tahun 2009, artinya kekayaan perusahaan juga menurun. Dan tahun 2011 perusahaan belum mampu menciptakan nilai EVA yang positif.
b.      Berdasarkan perhitungan FVA, kinerja keuangan PTPN XII pada tahun 2009 sampai tahun 2010 perusahaan mampu menciptakan nilai tambah dari segi financial bagi pemiliknya. Pada tahun 2009 sampai tahun 2010 nilai FVA positif meskipun nilai FVA pada tahun 2010 menurun dari tahun 2009. Akan tetapi tahun 2011 PTPN XII tidak mampu menciptakan hasil FVA yang positif.

Daftar Pustaka
Iramani. 2005. Financial Value Added Suatu Paradigma Dalam Pengukuran Kinerja dan Nilai Tambah Perusahaan. Surabaya: Universitas Kristen Petra ( http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php.aku/article/view/16646) [ 01 November 2011 ].
Maharani, Ricca Tri. 2011. Analisis Kinerja Keuangan berbasis FVA pada  Perusahaan     Sektor Industri Barang Konsumsi di BEI. Tidak          Dipublikasikan. Skripsi:          Jember: Universita Negeri Jember.
Munawir, Slamet. 2004. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Pitriani, 2010. Arti Penting Financial Value Added. Jurnal IPS volume X Edisi       September 2010. Universitas Negeri Jember.
Sawir, Agnes. 2004. Kebijakan Pendanaan dan Restrukturisasi Perusahaan.          Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.
Sunjadja dan Barlian. 2003. Manajemen Keuangan. Klaten: PT Intan Sejati.



PLEASE COMMENT KALO ADA PERTANYAAN...
                                                                                             

CONTOH JURNAL

0


ANALISIS KINERJA BERBASIS ECONOMIC VALUE ADDED DAN FINANCIAL VALUE ADDED PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO)

Shelfia Rahayu Wijaya
Fakultas Ekonomi Universitas Jember

Abstract: The company’s performance measure based on a management performance. Economic Value Added and Financial Value added measures the amount of value added created by specific action or strategy taken in a company. The objective of the research : (1) analyzed financial performance PT Perkebunan Nusantara XII period 2009 until 2011 based on Economic Value Added and (2) analyzed financial performance PT Perkebunan Nusantara XII period 2009 until 2011 based on Financial Value Added. The result of the research that financial performance PTPN XII period 2009 until 2010 company was created the amount of value added. And period 2011 the amount of value added is negative.
Keywords : Economic Value Added, Financial Value Added
Abstrak: Kinerja sebuah perusahaan dapat diukur berdasarkan prestasi manajemen suatu perusahaan. EVA dan FVA dapat mengukur besar kecilnya nilai tambah yang diciptakan perusahaan selama periode tertentu. Tujuan penelitian ini: (1) menganalisis kinerja keuangan PT Perkebunan Nusantara XII periode tahun 2009 sampai tahun 2011 berdasarkan EVA dan (2) menganalisis kinerja keuangan PT Perkebunan Nusantara XII periode tahun 2009 sampai tahun 2011 berdasarkan FVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan PTPN XII pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah. Dan tahun 2011 perusahaan belum mampu menciptakan nilai EVA dan FVA yang positif.
Kata Kunci : Economic Value Added, Financial Value Added
1.      Pendahuluan
BUMN adalah badan usaha yang sebagian atau seluruh kepemilikannya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. PT Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII) merupakan Badan Usaha Milik Negara dengan status perseroan terbatas yang keseluruhan sahamnya dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia. Setiap perusahaan milik negara maupun milik swasta pasti mempunyai tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value added dari modal yang telah ditanamkan dalam operasi perusahaannya dan menghasilkan laba bagi perusahaan. Setiap perusahaan yang ingin mengetahui nilai tambah perusahaannya dapat dianalisis menggunakan EVA (Economic Value Added) maupun FVA (Financial Value Added)  melalui pengukuran kinerja keuangan perusahaan.
Menurut Pitriani (2010 : 55) EVA merupakan tujuan perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta bila perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal. FVA merupakan metode baru dalam mengukur kinerja dan nilai tambah perusahaan. FVA adalah selisih antara laba operasi setelah pajak (NOPAT) dengan equivalent depreciation (ED) yang telah dikurangi dengan penyusutan atau depreciation sedangkan EVA yaitu pengukuran value added yang mengukur nilai tambah dari modal yang ditambahkan.
Berdasarkan hal di atas, ada beberapa kekurangan dan kelebihan EVA dan FVA. Menurut Iramani (2005) dalam Tri (2011), kelebihan yang dimiliki EVA dalam mengukur kinerja perusahaan antara lain :
1.      EVA menfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi.
2.      Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan para penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.
3.      Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industry atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian.
4.      Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus pada karyawan terutama divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders satisfaction concept.
5.      Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis.
EVA juga memiliki kekurangan dalam pengukuran kinerja keuangan. Menurut Tri (2011) dalam Iramani (2005), kekurangan-kekurangannya adalah sebagai berikut :
1.      EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentu.
2.      EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk emnjual atau membeli saham tertentu padahal factor-faktor lain terkadang lebih dominan.
3.      Konsep ini sangat tergantung pada transparansi internal dalam perhitungan Economic Value Added secara akurat.

      Menurut Pitriani (2010:65), ada beberapa keunggulan dalam FVA yaitu :
1.      Jika dititik ulang konsep NOPAT, FVA melalui definisi equivalent depreciation mengintegrasikan seluruh kontribusi aset bagi kinerja perusahan demikian juga opportunity cost dari pembiayaan perusahaan. Kontribusi ini konstan sepanjang umur proyek investasi.
2.      FVA secara jelas mengakomodasikan kontribusi konsep value growth duration (durasi proses penciptaan nilai) sebagai unsur penambah nilai. Unsur ini merupakan hasil pengurangan nilai equivalent depreciation akibat bertambahnya panjangnya umur aset dimana aset bisa terus berkontribusi bagi kinerja perusahaan.
3.      FVA mengedepankan konsep equivalent depreciation  dan accumulated equivalent tampaknya lebih akurat menggambarkan financing cost. Selanjutnya, FVA juga mampu mengharmoniskan hasilnya dengan konsep NPV tahun pertahun, dimana NPV setidaknya saat ini dianggap sukses mengukur proses penciptaan nilai.
4.      FVA mampu memberikan solusi terhadap mekanisme kontrol dalam periode tahunan yang selama ini merupakan kendala bagi konsep NPV,EVA dan FVA sama-sama mampu menyelaraskan outputnya dengan hasil NPV dalam bentuk periode yang terdiskonto, namun FVA member output lebih maju dengan berhasil melakukan harmonisasi hasil dengan NPV dalam ukuran tahunan.
Beberapa kelebihan diatas, menjadikan  FVA ini sebagai tolok ukur yang lebih bermanfaat, FVA menjadikan kinerja keuangan perusahaan meningkat dengan peningkatan dalam kinerja keuangan. FVA ini sebagai tolok ukur kinerja keuangan, FVA ini juga mempunyai kelemahan dalam Pitriani (2010 : 66) yaitu dibandingkan dengan EVA, FVA kurang praktis dalam mengantisipasi fenomena bila perusahaan (proyek) menjalankan investasi baru di tengah-tengah masa investasi yang diperhitunkan dengan EVA akan merefleksikan situasi ini melalui peningkatan asset dan sumber daya yang terlibat dalam perusahaan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja PT Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) berbasis EVA dan FVA periode tahun 2009 sampai tahun 2011.

2.      Landasan Teori
2.1 Laporan Keuangan
            Laporan keuangan (Sawir 2010:13) adalah sebuah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan untuk para pemegang sahamnya. Laporan keuangan menurut Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia (Ikatan Akuntan Indonesia) dalam Munawir (1995:5) adalah neraca dan perhitungan laba rugi serta keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya antara lain laporan sumber dari penggunaan dana-dana. Menurut sunjadja dan Barlian (2003:76) laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data atau aktivitas tersebut.
2.2 Kinerja Keuangan
            Menurut Pitriani (2010:107) kinerja keuangan merupakan hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Pengukuran kinerja keuangan dapat dikelompokan dalam tiga kategori (Helfert,2000 ) dalam Tri (2011) yaitu :
a.       Earnings Measures, yang mendasarkan kinerja pada accounting profit. Termasuk dalam kategori ini adalah Earning per share (EPS), Return On Investment (ROI), Return On Assest (ROA), Return On Capital Emplyed (ROCE) dan Return On Equity (ROE).
b.      Cash Flow Measures, yang mendasarkan kinerja pada arus kas operasi (Operating Cash Flow). Termasuk dalam kategori ini adalah  free cash flow, cash flow return on gross investment (ROGI), Cash Flow Return On Investment (CFROI), Total Shareholder Return (TSR) dan  Total Business Return (TBR).
c.       Value Measures, yang mendasarkan kinerja pada nilai (Value Added Management). Termasuk dalam kategori ini adalah Economic Value Added (EVA), Market Value Addee (MVA), Cash Value Added (CVA) dan Shareholder Value (SHV).

2.3 EVA dan FVA
Menurut Tunggal (2001) EVA adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta bila perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal. Beberapa interpretasi hasil perhitungan EVA adalah :
1.      EVA > 0 (positif)
Hal ini menandakan bahwa NOPAT yang dihasilkan melebihi biaya modal. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan nilai (Value Creation) bagi pemilik modal.
2.      EVA < 0
Hal ini menandakan bahwa NOPAT yang dihasilkan dibawah biaya modal atau kurang dari biaya modal. Keadaan ini menandakan bahwa nilai perusahaan berkurang sebagai akibat dari NOPAT yang dihasilkan lebih rendah daripada tingkat pengembalian yang dituntut oleh investor.
3.      EVA = 0
Hal ini menandakan bahwa NOPAT yang dihasilkan sama dengan biaya modal. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi impas karena seluruh laba digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana.
Menurut Pitriani (2010:55) FVA adalah metode baru dalam mengukur kinerja dan nilai tambah perusahan. Menurut Iramani (2005:7), FVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan nilai tambah perusahaan. Beberapa interpretasi hasil dari FVA adalah sebagai berikut :
a.       FVA > 0 (positif)
Hal ini menandakan bahwa NOPAT yang dihasilkan lebih besar dari hasil perolehan ED dikurangin dengan depresiasi. Keadaan ini menandakan bahwa manajemen perusahaan dapat menciptakan nilai tambah bagi perusahaannya.
b.      FVA < 0
Hal ini menandakan bahwa NOPAT yang dihasilkan dibawah hasil dari pengurangan antara ED dan depresiasi. Keadaan ini menandakan bahwa nilai perusahaan berkurang dan tidak terdapat nilai tambah dalam perusahaan.
c.       FVA = 0
Hal ini menandakan bahwa NOPAT yang dihasilkan sama dengan hasil dari pengurangan antara ED dan depresiasi. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi impas.

3.      Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif . Populasi pada penelitian ini adalah laporan keuangan PTPN XII tahun 2009-2011. Penelitian ini tidak menggunakan pendekatan sampel karena data dapat diperoleh tanpa menemui kesulitan. Variabel dalam penelitian ini ada 2 yaitu EVA dan FVA. Dimana EVA adalah pengukuran nilai tambah dalam suatu perusahaan yang dilihat dari segi ekonomi yang berdasarkan pada operasi perusahaan. FVA adalah pengukuran nilai tambah dalam suatu perusahaan yang dilihat dari aspek keuangan/financial yang mendasari pada besar kecilnya biaya penyusutan yang terjadi di perusahaan. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio.

4.      Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.      Analisis EVA
EVA merupakan suatu pengukuran nilai tambah dalam suatu perusahaan yang dilihat dari segi ekonomi yang berdasarkan pada operasi perusahaan. Langkah pertama dalam menghitung EVA adalah menghitung NOPAT yaitu laba operasi setelah pajak yang merupakan penyesuaian dari laba setelah pajak yang diperoleh dari penjualan dikurangi biaya-biaya operasi serta pajak. Dimana NOPAT tertinggi pada tahun 2011 menunjukkan bahwa laba setelah adanya pengurangannya pajak diperoleh Rp 123.261.000.000,- Hal ini menunjukkan perusahaan memperoleh laba maksimum daripada tahun 2009 dan tahun 2011.
Langkah selanjutnya yaitu mencari nilai WACC yaitu biaya rata-rata tertimbang dari komponen hutang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan. WACC tahun 2009 sebesar 0,051 sama dengan 5,1% menunjukkan bahwa komponen hutang dalam struktur modal sebesar 5,1%, pada tahun 2010 WACC sebesar 12,86% dan tahun 2011 sebesar 10,96%. Langkah terakhir yaitu mencari nilai dari modal yang diinvestasikan. Modal yang diinvestasikan merupakan jumlah seluruh keuangan perusahaan yang mengambarkan besarnya hutang dan modal perusahaan. Pada tahun 2011 total modal yang diinvestasikan sebesar  Rp 1.058.264.134.777,- menunjukkan total modal yang diinvestasikan pada tahun ini lebih besar daripada tahun sebelumnya.
Kinerja keuangan merupakan tingkat presatasi atau hasil nyata yang dapat dicapai oleh perusahaan yang dipergunakan untuk diperoleh suatu hasil yang positif bagi perusahaan. Kinerja keuangan PT Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) menunjukkan hasil EVA pada tahun 2009-2011 sebagai berikut :
Tabel 1. Perhitungan EVA PTPN XII pada tahun 2009-2011
Komponen
2009
2010
2011
NOPAT
Rp 81.603.780.000
Rp 123.261.000.000
Rp 90.351.214.034
WACC
0,051
0,1286
0,1096
Modal yang diinvestasi-kan
Rp 692.836.000.000
Rp 856.556.000.000
Rp 1.058.264.134.777
Biaya modal
Rp 35.334.636.000
Rp 110.153.101.600
Rp 115.985.749.100
EVA
Rp 46.269.144.000
Rp 13.107.898.400
(-Rp 25.634.535.070)
Sumber : data di olah
Perhitungan EVA di atas memberikan gambaran bahwa perusahaan dapat menciptakan nilai perusahaan atau tidak. Pada tahun 2009 nilai EVA sebesar  Rp 46.269.144.000,- hal ini menunjukan nilai EVA positif. Dapat dinyatakan laba operasi setelah pajak yang dihasilkan melebihi biaya modal. Nilai NOPAT (laba operasi setelah pajak) sebesar Rp 81.603.780.000,- dikalikan dengan WACC (modal rata-rata tertimbang) sebesar 0,051 dimana WACC didapat dari struktur modal perusahaan jika diketahui hutang dan ekuitas perusahaan, tingkat modal dari hutang, serta tingkat modal dari ekuitas. Modal yang diinvestasikan merupakan jumlah seluruh keuangan perusahaan.
Pada tahun 2010 nilai EVA sebesar Rp 13.107.898.400,- menunjukkan bahwa EVA positif. Dapat dinyatakan dari hasil perhitungan EVA, pada tahun 2009-2010 PTPN XII mampu menciptakan nilai tambah. Hal ini memperlihatkan bahwa laba dari operasi perusahaan setelah adanya pengurangan pajak nilainya lebih besar dari tingkat pengembalian minimum yang diharapkan oleh pemilik perusahaan. Pengukuran kinerja berdasarkan value added ini dapat dijadikan pedoman bagi manajemen perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaannya. Pengukuran EVA ini tidak hanya untuk mengetahui dan menilai kinerja PTPN XII, tetapi juga dapat dipakai untuk membuat strategi dalam perusahaan untuk menciptakan nilai dan kekayaan perusahaan di masa yang akan datang. Bila perusahaan dapat menciptakan nilai tambah ekonomi maka laba perusahaan juga bertambah. Dengan adanya nilai tambah ekonomi, PTPN XII juga mampu menciptakan adanya perlindungan kepada para stakeholders untuk menghasilkan keberhasilan usahanya. Keuntungan lain dalam segi ekonomi bagi karyawan PTPN XII yaitu manajemen PTPN XII mampu meningkatkan produktivitas agar terjadi nilai tambah. Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan karyawan PTPN XII. Kesejahteraan materi berupa tunjangan, bonus, dan gaji. Kesejahteraan lainnya berupa tersedianya lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi setiap karyawan PTPN XII, adanya sarana yang memadai berupa tempat kerja yang nyaman, adanya tempat tinggal yang disediakan oleh perusahaan, dan adanya perlindungan jaminan hukum yang jelas.

b.      Analisis FVA
FVA adalah pengukuran nilai tambah dalam suatu perusahaan yang dilihat dari aspek keuangan/financial yang mendasari pada besar kecilnya biaya penyusutan yang terjadi di perusahaan. Langkah pertama menghitung FVA yaitu mencari nilai NOPAT, hal ini sama dengan langkah pertama dari EVA. Langkah kedua yaitu mencari nilai ED/Equivalent Depreciation dimana ED merupakan hasil perkalian antara WACC dan Total resources. Total resources merupakan hasil penjumlahan antara hutang jangka panjang dan total equity yang menjelaskan proporsi keuangan dalam perusahaan. TR juga merupakan sumber dana perusahaan yang efisien kemudian dijadikan faktor pembagi terhadap nilai income yang diterima Hasil ED terbesar pada tahun 2011 sebesar  Rp 115.985.749.700,- Langkah selanjutnya yaitu mencari biaya penyusutan perusahaan. Penyusutan (Depreciation) adalah penyusutan nilai aktiva tetap seperti mesin dan peralatan yang mencerminkan estimasi biaya dari peralatan modal yang digunakan dalam proses produksi. Depresiasi mengurangi pendapatan kena pajak, tetapi tidak mengurangi dana kas. Dimana pada tahun 2009 biaya penyusutan sebesar Rp 26.895.000.000,- ; tahun 2010 sebesar Rp 19.225.000.000,- dan tahun 2011 sebesar Rp 20.410.104.502,- 
Kinerja keuangan PT Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) menunjukkan hasil FVA pada tahun 2009-2011 sebagai berikut :
Perhitungan FVA PTPN XII pada tahun 2009-2011
Komponen
2009
2010
2011
NOPAT
Rp 81.603.780.000
Rp 123.261.000.000
Rp 90.351.214.034
ED
Rp 35.334.636.000
Rp 110.153.101.600
Rp 115.985.749.700
D
Rp 26.895.000.000
Rp 19.225.000.000
Rp 20.410.104.502
FVA
Rp 73.164.144.000
Rp 32.332.898.400
(-Rp 5.224.431.170)
Sumber : data di olah. 
Pada  tahun 2009 – 2010 nilai FVA positif. Meskipun hasil FVA terjadi penurunan pada tahun 2010 menjadi Rp 32.332.800.000,- dari tahun sebelumnya. Dan hasil FVA tahun 2011 yang negatif menyatakan bahwa perusahaan tidak mampu menciptakan nilai tambah. Hasil FVA negatif belum menentukan laba yang akan diterima juga negatif. Laba bersih pada tahun 2009 sebesar Rp 66.108.000.000,- dan tahun 2010 sebesar Rp 100.993.000.000,- serta tahun 2011 Rp 90.351.214.034,-  Hal ini menyatakan bahwa laba yang dihasilkan perusahaan tiap tahun terjadi kenaikan dari tahun 2009. Hasil  FVA ini dapat menjadi pertimbangan bagi PTPN XII untuk lebih memperhatikan biaya yang harus dibayar oleh PTPN XII yang cenderung nilai laba operasi perusahaan setelah adanya pengurangan pajak tidak dapat menutupi biaya perusahaan.
Dapat terlihat bahwa PTPN XII mampu menciptakan nilai tambah dari segi financial maka PTPN XII telah melakukan tiga keputusan dalam mengelola operasional perusahaannya. Dari segi operasional, perusahaan harus mampu meningkatkan pengembalian aset yang dimiliki maupun yang diingini oleh pemilik modal. Dari segi pendanaan, PTPN XII diharapkan dapat memperkecil tingkat biaya yang dibayarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan modal yang akan digunakan untuk investasi perusahaan. Dari segi investasi, PTPN XII dapat memutuskan investasi mana yang bermutu bagi perusahaan. Dengan memutuskan investasi yang lebih menguntungkan, perusahaan juga akan mendapat keuntungan dan hal ini menjadi faktor terciptanya nilai tambah keuangan dalam PTPN XII.

5.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dari itu dapat disimpulkan:
a.       Berdasarkan hasil perhitungan EVA, kinerja keuangan PTPN XII pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah ekonomi bagi pemiliknya. Akan tetapi nilai EVA dari tahun 2010 menurun dari tahun 2009, artinya kekayaan perusahaan juga menurun. Dan tahun 2011 perusahaan belum mampu menciptakan nilai EVA yang positif.
b.      Berdasarkan perhitungan FVA, kinerja keuangan PTPN XII pada tahun 2009 sampai tahun 2010 perusahaan mampu menciptakan nilai tambah dari segi financial bagi pemiliknya. Pada tahun 2009 sampai tahun 2010 nilai FVA positif meskipun nilai FVA pada tahun 2010 menurun dari tahun 2009. Akan tetapi tahun 2011 PTPN XII tidak mampu menciptakan hasil FVA yang positif.

Daftar Pustaka
Iramani. 2005. Financial Value Added Suatu Paradigma Dalam Pengukuran Kinerja dan Nilai Tambah Perusahaan. Surabaya: Universitas Kristen Petra ( http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php.aku/article/view/16646) [ 01 November 2011 ].
Maharani, Ricca Tri. 2011. Analisis Kinerja Keuangan berbasis FVA pada  Perusahaan     Sektor Industri Barang Konsumsi di BEI. Tidak          Dipublikasikan. Skripsi:          Jember: Universita Negeri Jember.
Munawir, Slamet. 2004. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Pitriani, 2010. Arti Penting Financial Value Added. Jurnal IPS volume X Edisi       September 2010. Universitas Negeri Jember.
Sawir, Agnes. 2004. Kebijakan Pendanaan dan Restrukturisasi Perusahaan.          Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.
Sunjadja dan Barlian. 2003. Manajemen Keuangan. Klaten: PT Intan Sejati.



PLEASE COMMENT KALO ADA PERTANYAAN...
                                                                                             

Template by:

Free Blog Templates