ANALISIS KINERJA BERBASIS ECONOMIC VALUE ADDED DAN FINANCIAL
VALUE ADDED PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO)
Shelfia Rahayu Wijaya
Fakultas Ekonomi
Universitas Jember
Abstract: The company’s
performance measure based on a management performance. Economic Value Added and
Financial Value added measures the amount of value added created by specific
action or strategy taken in a company. The objective of the research : (1)
analyzed financial performance PT Perkebunan Nusantara XII period 2009 until 2011
based on Economic Value Added and (2) analyzed financial performance PT
Perkebunan Nusantara XII period 2009 until 2011 based on Financial Value Added.
The result of the research that financial performance PTPN XII period 2009
until 2010 company was created the amount of value added. And period 2011 the
amount of value added is negative.
Keywords : Economic Value Added,
Financial Value Added
Abstrak:
Kinerja sebuah perusahaan dapat
diukur berdasarkan prestasi manajemen suatu perusahaan. EVA dan FVA dapat
mengukur besar kecilnya nilai tambah yang diciptakan perusahaan selama periode
tertentu. Tujuan penelitian ini: (1) menganalisis kinerja keuangan PT
Perkebunan Nusantara XII periode tahun 2009 sampai tahun 2011 berdasarkan EVA
dan (2) menganalisis kinerja keuangan PT Perkebunan Nusantara XII periode tahun
2009 sampai tahun 2011 berdasarkan FVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja
keuangan PTPN XII pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 perusahaan telah
mampu menciptakan nilai tambah. Dan tahun 2011 perusahaan belum mampu
menciptakan nilai EVA dan FVA yang positif.
Kata
Kunci : Economic Value
Added, Financial Value Added
1.
Pendahuluan
BUMN adalah badan usaha yang sebagian atau seluruh
kepemilikannya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. PT Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII) merupakan
Badan Usaha Milik Negara dengan status perseroan terbatas yang keseluruhan
sahamnya dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia. Setiap perusahaan milik
negara maupun milik swasta pasti mempunyai tujuan perusahaan untuk meningkatkan
nilai atau value added dari modal
yang telah ditanamkan dalam operasi perusahaannya dan menghasilkan laba bagi
perusahaan. Setiap perusahaan yang ingin mengetahui nilai tambah perusahaannya
dapat dianalisis menggunakan EVA (Economic
Value Added) maupun FVA (Financial
Value Added) melalui pengukuran
kinerja keuangan perusahaan.
Menurut Pitriani (2010 : 55) EVA merupakan tujuan perusahaan yang
menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta bila perusahaan mampu memenuhi
semua biaya operasi dan biaya modal. FVA merupakan metode baru dalam mengukur
kinerja dan nilai tambah perusahaan. FVA adalah selisih antara laba operasi
setelah pajak (NOPAT) dengan equivalent
depreciation (ED) yang telah
dikurangi dengan penyusutan atau depreciation
sedangkan EVA yaitu pengukuran value added yang mengukur nilai tambah dari
modal yang ditambahkan.
Berdasarkan hal di atas, ada
beberapa kekurangan dan kelebihan EVA dan FVA. Menurut Iramani (2005) dalam Tri
(2011), kelebihan yang dimiliki EVA dalam mengukur kinerja perusahaan antara
lain :
1.
EVA menfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan
memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi.
2.
Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur
harapan yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan
memperhatikan para penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan
dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman
pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.
3.
Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri
tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industry atau data perusahaan
lain sebagai konsep penilaian.
4.
Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian
pemberian bonus pada karyawan terutama divisi yang memberikan EVA lebih
sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders satisfaction concept.
5.
Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa
konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan
sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan
keputusan bisnis.
EVA juga memiliki kekurangan dalam pengukuran
kinerja keuangan. Menurut Tri (2011) dalam Iramani (2005), kekurangan-kekurangannya
adalah sebagai berikut :
1.
EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentu.
2.
EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor
sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan
untuk emnjual atau membeli saham tertentu padahal factor-faktor lain terkadang
lebih dominan.
3.
Konsep ini
sangat tergantung pada transparansi internal dalam perhitungan Economic Value Added secara akurat.
Menurut Pitriani (2010:65), ada
beberapa keunggulan dalam FVA yaitu :
1.
Jika dititik
ulang konsep NOPAT, FVA melalui definisi equivalent
depreciation mengintegrasikan seluruh kontribusi aset bagi kinerja
perusahan demikian juga opportunity cost dari
pembiayaan perusahaan. Kontribusi ini konstan sepanjang umur proyek
investasi.
2.
FVA secara jelas mengakomodasikan kontribusi konsep
value growth duration (durasi proses
penciptaan nilai) sebagai unsur penambah nilai. Unsur ini merupakan
hasil pengurangan nilai equivalent
depreciation akibat bertambahnya panjangnya umur aset dimana aset bisa
terus berkontribusi bagi kinerja perusahaan.
3.
FVA
mengedepankan konsep equivalent
depreciation dan accumulated equivalent tampaknya lebih
akurat menggambarkan financing cost.
Selanjutnya, FVA juga mampu mengharmoniskan hasilnya dengan konsep NPV tahun
pertahun, dimana NPV setidaknya saat ini dianggap sukses mengukur proses
penciptaan nilai.
4.
FVA mampu
memberikan solusi terhadap mekanisme kontrol dalam periode tahunan yang selama
ini merupakan kendala bagi konsep NPV,EVA dan FVA sama-sama mampu menyelaraskan
outputnya dengan hasil NPV dalam bentuk periode yang terdiskonto, namun FVA
member output lebih maju dengan berhasil melakukan harmonisasi hasil dengan NPV
dalam ukuran tahunan.
Beberapa kelebihan diatas, menjadikan FVA ini sebagai tolok ukur yang lebih
bermanfaat, FVA menjadikan kinerja keuangan perusahaan meningkat dengan
peningkatan dalam kinerja keuangan. FVA ini sebagai tolok ukur kinerja
keuangan, FVA ini juga mempunyai kelemahan dalam Pitriani (2010 : 66) yaitu
dibandingkan dengan EVA, FVA kurang praktis dalam mengantisipasi fenomena bila
perusahaan (proyek) menjalankan investasi baru di tengah-tengah masa investasi
yang diperhitunkan dengan EVA akan merefleksikan situasi ini melalui peningkatan
asset dan sumber daya yang terlibat dalam perusahaan. Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
kinerja PT Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) berbasis EVA dan FVA periode
tahun 2009 sampai tahun 2011.
2.
Landasan
Teori
2.1
Laporan Keuangan
Laporan keuangan (Sawir
2010:13) adalah sebuah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan untuk para
pemegang sahamnya. Laporan keuangan menurut Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia
(Ikatan Akuntan Indonesia) dalam Munawir (1995:5) adalah neraca dan perhitungan
laba rugi serta keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya
antara lain laporan sumber dari penggunaan dana-dana. Menurut sunjadja dan
Barlian (2003:76) laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan
hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data
keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan data-data atau aktivitas tersebut.
2.2 Kinerja Keuangan
Menurut Pitriani (2010:107) kinerja keuangan merupakan
hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh
manajemen. Pengukuran kinerja keuangan dapat dikelompokan dalam tiga kategori
(Helfert,2000 ) dalam Tri (2011) yaitu :
a.
Earnings
Measures, yang mendasarkan kinerja pada accounting profit. Termasuk dalam kategori ini adalah Earning per share (EPS), Return On Investment (ROI), Return On Assest (ROA), Return On Capital Emplyed (ROCE) dan Return On Equity (ROE).
b.
Cash
Flow Measures, yang mendasarkan kinerja pada arus kas
operasi (Operating Cash Flow).
Termasuk dalam kategori ini adalah free cash flow, cash flow return on gross
investment (ROGI), Cash Flow Return
On Investment (CFROI), Total
Shareholder Return (TSR) dan Total
Business Return (TBR).
c.
Value
Measures, yang mendasarkan kinerja pada nilai (Value Added Management). Termasuk dalam
kategori ini adalah Economic Value Added (EVA), Market Value Addee (MVA), Cash Value Added (CVA) dan Shareholder Value (SHV).
2.3
EVA dan FVA
Menurut Tunggal (2001) EVA adalah metode manajemen keuangan untuk
mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa
kesejahteraan hanya dapat tercipta bila perusahaan mampu memenuhi semua biaya
operasi dan biaya modal. Beberapa interpretasi hasil perhitungan EVA adalah :
1.
EVA > 0
(positif)
Hal ini
menandakan bahwa NOPAT yang dihasilkan melebihi biaya modal. Keadaan ini
menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan nilai (Value Creation) bagi pemilik modal.
2.
EVA < 0
Hal ini menandakan
bahwa NOPAT yang dihasilkan dibawah biaya modal atau kurang dari biaya modal.
Keadaan ini menandakan bahwa nilai perusahaan berkurang sebagai akibat dari
NOPAT yang dihasilkan lebih rendah daripada tingkat pengembalian yang dituntut
oleh investor.
3.
EVA = 0
Hal ini menandakan bahwa NOPAT yang dihasilkan sama dengan biaya modal. Keadaan
ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi impas karena seluruh laba
digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana.
Menurut Pitriani (2010:55) FVA adalah metode
baru dalam mengukur kinerja dan nilai tambah perusahan. Menurut Iramani
(2005:7), FVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu
kinerja dan nilai tambah perusahaan. Beberapa interpretasi hasil dari FVA
adalah sebagai berikut :
a. FVA > 0
(positif)
Hal ini menandakan bahwa NOPAT yang dihasilkan lebih besar dari hasil
perolehan ED dikurangin dengan depresiasi. Keadaan ini menandakan bahwa
manajemen perusahaan dapat menciptakan nilai tambah bagi perusahaannya.
b.
FVA < 0
Hal ini
menandakan bahwa NOPAT yang dihasilkan dibawah hasil dari pengurangan antara ED
dan depresiasi. Keadaan ini menandakan bahwa nilai perusahaan berkurang dan
tidak terdapat nilai tambah dalam perusahaan.
c.
FVA = 0
Hal ini
menandakan bahwa NOPAT yang dihasilkan sama dengan hasil dari pengurangan
antara ED dan depresiasi. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam
kondisi impas.
3.
Metode
Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif . Populasi
pada penelitian ini adalah laporan keuangan PTPN XII tahun 2009-2011.
Penelitian ini tidak menggunakan pendekatan sampel karena data dapat diperoleh
tanpa menemui kesulitan. Variabel dalam penelitian ini ada 2 yaitu EVA dan FVA.
Dimana EVA adalah
pengukuran nilai tambah dalam suatu perusahaan yang dilihat dari segi ekonomi
yang berdasarkan pada operasi perusahaan. FVA adalah pengukuran nilai tambah dalam suatu perusahaan yang
dilihat dari aspek keuangan/financial yang
mendasari pada besar kecilnya biaya penyusutan yang terjadi di perusahaan. Skala pengukuran yang digunakan dalam
penelitian ini adalah skala rasio.
4. Hasil
Penelitian dan Pembahasan
a. Analisis
EVA
EVA merupakan suatu pengukuran nilai tambah dalam suatu perusahaan yang
dilihat dari segi ekonomi yang berdasarkan pada operasi perusahaan. Langkah pertama dalam menghitung EVA adalah
menghitung NOPAT yaitu laba operasi setelah pajak yang merupakan penyesuaian
dari laba setelah pajak yang diperoleh dari penjualan dikurangi biaya-biaya
operasi serta pajak. Dimana NOPAT tertinggi pada tahun 2011 menunjukkan bahwa
laba setelah adanya pengurangannya pajak diperoleh Rp 123.261.000.000,- Hal ini menunjukkan perusahaan
memperoleh laba maksimum daripada tahun 2009 dan tahun 2011.
Langkah selanjutnya yaitu mencari nilai WACC
yaitu biaya rata-rata tertimbang dari
komponen hutang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan.
WACC tahun 2009 sebesar 0,051 sama dengan 5,1% menunjukkan bahwa komponen
hutang dalam struktur modal sebesar 5,1%, pada tahun 2010 WACC sebesar 12,86%
dan tahun 2011 sebesar 10,96%. Langkah terakhir yaitu mencari nilai dari modal
yang diinvestasikan. Modal yang diinvestasikan merupakan jumlah seluruh
keuangan perusahaan yang mengambarkan besarnya hutang dan modal perusahaan.
Pada tahun 2011 total modal yang diinvestasikan sebesar Rp 1.058.264.134.777,- menunjukkan total modal yang diinvestasikan pada
tahun ini lebih besar daripada tahun sebelumnya.
Kinerja keuangan merupakan
tingkat presatasi atau hasil nyata yang dapat dicapai oleh perusahaan yang
dipergunakan untuk diperoleh suatu hasil yang positif bagi perusahaan. Kinerja
keuangan PT Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) menunjukkan hasil EVA pada tahun
2009-2011 sebagai berikut :
Tabel 1. Perhitungan EVA
PTPN XII pada tahun 2009-2011
Komponen
|
2009
|
2010
|
2011
|
NOPAT
|
Rp 81.603.780.000
|
Rp 123.261.000.000
|
Rp 90.351.214.034
|
WACC
|
0,051
|
0,1286
|
0,1096
|
Modal yang diinvestasi-kan
|
Rp 692.836.000.000
|
Rp 856.556.000.000
|
Rp 1.058.264.134.777
|
Biaya modal
|
Rp 35.334.636.000
|
Rp 110.153.101.600
|
Rp 115.985.749.100
|
EVA
|
Rp 46.269.144.000
|
Rp 13.107.898.400
|
(-Rp 25.634.535.070)
|
Sumber : data di olah
Perhitungan
EVA di atas memberikan gambaran bahwa perusahaan dapat menciptakan nilai
perusahaan atau tidak. Pada tahun 2009 nilai EVA sebesar Rp 46.269.144.000,- hal ini menunjukan nilai
EVA positif. Dapat dinyatakan laba operasi setelah pajak yang dihasilkan
melebihi biaya modal. Nilai NOPAT (laba operasi setelah pajak) sebesar Rp
81.603.780.000,- dikalikan dengan WACC (modal rata-rata tertimbang) sebesar
0,051 dimana WACC didapat dari struktur modal perusahaan jika diketahui hutang
dan ekuitas perusahaan, tingkat modal dari hutang, serta tingkat modal dari
ekuitas. Modal yang diinvestasikan merupakan jumlah seluruh keuangan
perusahaan.
Pada tahun 2010 nilai
EVA sebesar Rp 13.107.898.400,- menunjukkan bahwa EVA positif. Dapat dinyatakan dari hasil perhitungan EVA, pada
tahun 2009-2010 PTPN XII mampu menciptakan nilai tambah. Hal ini memperlihatkan
bahwa laba dari operasi perusahaan setelah adanya pengurangan pajak nilainya
lebih besar dari tingkat pengembalian minimum yang diharapkan oleh pemilik
perusahaan. Pengukuran kinerja berdasarkan value
added ini dapat dijadikan pedoman bagi manajemen perusahaan dalam
menjalankan operasi perusahaannya. Pengukuran EVA ini tidak hanya untuk
mengetahui dan menilai kinerja PTPN XII, tetapi juga dapat dipakai untuk
membuat strategi dalam perusahaan untuk menciptakan nilai dan kekayaan
perusahaan di masa yang akan datang. Bila perusahaan dapat menciptakan nilai
tambah ekonomi maka laba perusahaan juga bertambah. Dengan adanya nilai tambah
ekonomi, PTPN XII juga mampu menciptakan adanya perlindungan kepada para stakeholders untuk menghasilkan
keberhasilan usahanya. Keuntungan lain dalam segi ekonomi bagi karyawan PTPN
XII yaitu manajemen PTPN XII mampu meningkatkan produktivitas agar terjadi
nilai tambah. Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan karyawan PTPN XII. Kesejahteraan
materi berupa tunjangan, bonus, dan gaji. Kesejahteraan lainnya berupa tersedianya
lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi setiap karyawan PTPN XII, adanya
sarana yang memadai berupa tempat kerja yang nyaman, adanya tempat tinggal yang
disediakan oleh perusahaan, dan adanya perlindungan jaminan hukum yang jelas.
b.
Analisis
FVA
FVA
adalah pengukuran nilai tambah dalam suatu perusahaan yang dilihat dari aspek
keuangan/financial yang mendasari
pada besar kecilnya biaya penyusutan yang terjadi di perusahaan. Langkah
pertama menghitung FVA yaitu mencari nilai NOPAT, hal ini sama dengan langkah
pertama dari EVA. Langkah kedua yaitu mencari nilai ED/Equivalent Depreciation dimana ED merupakan hasil perkalian antara
WACC dan Total resources. Total resources merupakan hasil penjumlahan antara
hutang jangka panjang dan total equity yang menjelaskan proporsi keuangan dalam
perusahaan. TR juga merupakan sumber
dana perusahaan yang efisien kemudian dijadikan faktor pembagi terhadap nilai income yang diterima
Hasil ED terbesar pada tahun 2011 sebesar
Rp 115.985.749.700,- Langkah selanjutnya yaitu mencari biaya penyusutan
perusahaan. Penyusutan (Depreciation) adalah penyusutan nilai
aktiva tetap seperti mesin dan peralatan yang mencerminkan estimasi biaya dari
peralatan modal yang digunakan dalam proses produksi. Depresiasi mengurangi
pendapatan kena pajak, tetapi tidak mengurangi dana kas. Dimana pada tahun 2009
biaya penyusutan sebesar Rp 26.895.000.000,- ; tahun 2010 sebesar Rp
19.225.000.000,- dan tahun 2011 sebesar Rp 20.410.104.502,-
Kinerja keuangan PT
Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) menunjukkan hasil FVA pada tahun 2009-2011
sebagai berikut :
Perhitungan FVA PTPN
XII pada tahun 2009-2011
Komponen
|
2009
|
2010
|
2011
|
NOPAT
|
Rp 81.603.780.000
|
Rp 123.261.000.000
|
Rp 90.351.214.034
|
ED
|
Rp 35.334.636.000
|
Rp 110.153.101.600
|
Rp 115.985.749.700
|
D
|
Rp 26.895.000.000
|
Rp 19.225.000.000
|
Rp 20.410.104.502
|
FVA
|
Rp 73.164.144.000
|
Rp 32.332.898.400
|
(-Rp 5.224.431.170)
|
Sumber
: data di olah.
Pada
tahun 2009 – 2010 nilai FVA positif. Meskipun
hasil FVA terjadi penurunan pada tahun 2010 menjadi Rp 32.332.800.000,- dari
tahun sebelumnya. Dan hasil FVA tahun 2011 yang negatif menyatakan bahwa
perusahaan tidak mampu menciptakan nilai tambah. Hasil FVA negatif belum
menentukan laba yang akan diterima juga negatif. Laba bersih pada tahun 2009
sebesar Rp 66.108.000.000,- dan tahun 2010 sebesar Rp 100.993.000.000,- serta
tahun 2011 Rp 90.351.214.034,- Hal ini
menyatakan bahwa laba yang dihasilkan perusahaan tiap tahun terjadi kenaikan
dari tahun 2009. Hasil FVA ini dapat
menjadi pertimbangan bagi PTPN XII untuk lebih memperhatikan biaya yang harus
dibayar oleh PTPN XII yang cenderung nilai laba operasi perusahaan setelah
adanya pengurangan pajak tidak dapat menutupi biaya perusahaan.
Dapat
terlihat bahwa PTPN XII mampu menciptakan nilai tambah dari segi financial maka PTPN XII telah melakukan
tiga keputusan dalam mengelola operasional perusahaannya. Dari segi
operasional, perusahaan harus mampu meningkatkan pengembalian aset yang
dimiliki maupun yang diingini oleh pemilik modal. Dari segi pendanaan, PTPN XII
diharapkan dapat memperkecil tingkat biaya yang dibayarkan oleh perusahaan
untuk mendapatkan modal yang akan digunakan untuk investasi perusahaan. Dari
segi investasi, PTPN XII dapat memutuskan investasi mana yang bermutu bagi perusahaan.
Dengan memutuskan investasi yang lebih menguntungkan, perusahaan juga akan
mendapat keuntungan dan hal ini menjadi faktor terciptanya nilai tambah
keuangan dalam PTPN XII.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan, maka dari itu dapat disimpulkan:
a. Berdasarkan
hasil perhitungan EVA, kinerja keuangan PTPN XII pada tahun 2009 sampai dengan
tahun 2010 perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah ekonomi bagi
pemiliknya. Akan tetapi nilai EVA dari tahun 2010 menurun dari tahun 2009,
artinya kekayaan perusahaan juga menurun. Dan tahun 2011 perusahaan belum mampu
menciptakan nilai EVA yang positif.
b. Berdasarkan
perhitungan FVA, kinerja keuangan PTPN XII pada tahun 2009 sampai tahun 2010
perusahaan mampu menciptakan nilai tambah dari segi financial bagi pemiliknya. Pada tahun 2009 sampai tahun 2010 nilai
FVA positif meskipun nilai FVA pada tahun 2010 menurun dari tahun 2009. Akan
tetapi tahun 2011 PTPN XII tidak mampu menciptakan hasil FVA yang positif.
Daftar
Pustaka
Iramani. 2005.
Financial Value Added Suatu Paradigma Dalam Pengukuran Kinerja dan Nilai Tambah
Perusahaan. Surabaya: Universitas Kristen Petra ( http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php.aku/article/view/16646) [ 01 November 2011 ].
Maharani, Ricca Tri. 2011. Analisis Kinerja Keuangan berbasis FVA pada Perusahaan Sektor Industri
Barang Konsumsi di BEI. Tidak Dipublikasikan.
Skripsi: Jember: Universita
Negeri Jember.
Munawir, Slamet. 2004. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta:
Liberty.
Pitriani,
2010. Arti Penting Financial Value Added.
Jurnal IPS volume X Edisi September
2010. Universitas Negeri Jember.
Sawir,
Agnes. 2004. Kebijakan Pendanaan dan
Restrukturisasi Perusahaan. Jakarta:PT
Gramedia Pustaka Utama.
Sunjadja
dan Barlian. 2003. Manajemen Keuangan. Klaten: PT Intan Sejati.
PLEASE COMMENT KALO ADA PERTANYAAN...